Renungan Kristen: Kehadiran Tuhan Sejak Permulaan

Lalu terdengarlah suara dari sorga: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi,

kepada-Mulah Aku berkenan.” Markus 1:11

Suatu kali dalam perbincangan, seorang remaja Kristen menanyakan hal ini, “Kenapa Allah sepertinya sangat egois? Pertama, Dia menciptakan kita padahal kita tidak minta diciptakan. Kemudian kita juga harus hidup mengikuti tujuan-Nya.”

Mungkin saudara juga pernah menanyakan hal serupa meskipun tidak sama persis. Apa lagi jika kita adalah seorang aktivis dan pelayan di gereja dengan tuntutan berbagai tugas yang cukup padat.

Apakah yang selama ini dengan susah payah saya kerjakan dan untuk apa saya lakukan? Semuanya demi kemuliaan Allah, segenap hidup ini dibaktikan untuk melayani dan memenuhi tujuan Allah dalam kehidupan kita. Pertanyaan mengapa Allah sangat egois tampaknya terlalu berprasangka tanpa bukti.

Kemudian pernyataan “Dia menciptakan kita padahal kita tidak minta diciptakan.” tidak relevan atau tidak logis karena mana mungkin sesuatu atau seseorang yang tidak eksis dapat meminta kepada Pencipta untuk tidak diciptakan.

Lalu pertanyaan tentang tujuan hidup selalu berkaitan dengan penciptaan manusia dan eksistensi Allah pada mulanya.

Alkitab mengajar kita dengan sebuah kalimat, “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi…” (Kej. 1:1) dan diakhiri dengan “Amin, datanglah, Tuhan Yesus!" (Why. 22:20) yang diikuti dengan berkat, “Kasih karunia Tuhan Yesus menyertai kamu sekalian! Amin.”

Yesuslah Sang Alfa dan Omega, yang ada sejak semula dan yang akhir kelak akan datang menghakimi dan mengakhiri segala sesuatu. Tetapi Allah bukanlah tokoh utama yang hanya muncul pada adegan awal dan akhir saja. Faktanya Dia Allah yang konsisten dan intensional, sungguh-sungguh hadir di dalam sepanjang sejarah kehidupan manusia.

Dia Allah yang hadir dan tinggal bersama Adam dan Hawa di Eden. Dia Allah yang hadir ketika Israel berseru-seru di bawah penindasan Firaun. Dia Allah yang hadir di dalam tiang awan dan tiang api dan memenuhi Kemah Suci ketika Israel mengembara di padang gurun.

Dan Dia Allah yang datang ke dunia mengambil wujud manusia dalam diri Yesus Kristus. Bukan hanya hadir dalam segala kemegahan tetapi Ia mengikatkan diri-Nya dengan ciptaan—manusia.

Suara Allah yang mengatakan, “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.” Mengingatkan kita ketika Abraham mengorbankan Ishak—anak tunggalnya yang terkasih itu. Apakah Dia egois?

Pengorbanan Anak-Nya yang terkasih menunjukkan betapa selfless dan besar kasih-Nya kepada manusia yang Dia ciptakan dengan tujuan untuk hidup dan menikmati persekutuan, berbagi kasih dengan-Nya. Dia bukan hanya Allah yang sesekali hadir, tetapi Dia Allah yang selalu hadir di dalam setiap kesempatan hidup kita.

Pertanyaanya maukah kita hidup berjalan bersama dengan-Nya hari lepas hari?

Melibatkan Yesus di dalam setiap keputusan dan perencanaan kita. Selamat berjalan bersama dengan-Nya.

Rendhi Vianirio Banray/Warta Jemaat GKI Ngagel

BACAAN ALKITAB PEKAN INI

Minggu, 07 Jan 2024 Kejadian 1:1-5; Mazmur 29; Kisah Para Rasul 19:1-7;

Markus 1:4-11

Senin, 08 Jan 2024 Kejadian 17:1-13; Roma 4:1-12

Selasa, 09 Jan 2024 Keluaran 30:22-38; Kisah Para Rasul 22:2-16

Rabu, 10 Jan 2024 Yesaya 41:14-20; Yohanes 1:29-34

Kamis, 11 Jan 2024 Hakim-hakim 2:6-15; 2 Korintus 10:1-11

Jumat, 12 Jan 2024 Hakim-hakim 2:16-23; Kisah Para Rasul 13:16-25

Sabtu, 13 Jan 2024 1 Samuel 2:21-25; Matius 25:1-13

Sumber: Revised Common Lectionary