Renungan Kristen: Meneladani Ketaatan Kristus

Yohanes 12:20-33

Taat ketika diminta melakukan sesuatu yang mudah, apalagi jika sesuatu itu kita sukai, tentu bukanlah perkara yang sulit. Namun bagaimana jika kita diperintahkan untuk melakukan hal yang tidak kita sukai dan menuntut adanya pengorbanan? Pasti tidak mudah untuk taat.

Apalagi jika kita merasa punya banyak dukungan dan power/kuasa untuk melawan atau tidak menaati orang yang memberi perintah tersebut. Dalam Yohanes 12:20-33 ini, Tuhan Yesus juga sedang diperhadapkan pada pilihan untuk taat pada kehendak Bapa atau menolak untuk taat. Taat pada kehendak Bapa, artinya Dia harus menjalani jalan salib yang penuh penderitaan, bahkan sampai mati.

Di sisi lain, Tuhan Yesus sedang naik daun. Di perikop sebelumnya, kita mendapati bahwa Tuhan Yesus dielu-elukan dan disambut layaknya seorang raja ketika memasuki Yerusalem (ay. 12-13). Bahkan bukan hanya orang Yahudi, orang Yunani pun sampai memohon kepada Filipus untuk dapat bertemu dengan Yesus (ay. 20-21).

Kemungkinan orang-orang tersebut semakin yakin bahwa Yesus adalah Mesias yang selama ini dinubuatkan oleh para nabi, setelah Dia membangkitkan Lazarus (ay. 17-18). Dukungan dari orang banyak yang ingin menjadikan-Nya raja secara politik, kuasa dan ketenaran-Nya saat itu, tentu saja dapat mengalihkan Yesus dari tujuan-Nya menggenapkan kehendak Bapa.

Namun Tuhan Yesus tidak goyah sedikit pun. Secara manusia, Dia mungkin bergumul, seperti yang tertulis di ayat 27: “Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini?”. Namun dengan yakin Dia memutuskan: “Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini.” Tuhan Yesus tahu dengan jelas alasan-Nya datang ke dunia.

Tuhan Yesus juga sadar betul betapa penting karya penebusan-Nya bagi manusia, seperti ucapan-Nya: “Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah” (ay. 24). Kalau Tuhan Yesus tidak menjalani jalan salib dan mati untuk menebus manusia, semua orang akan binasa.

Sebaliknya, ketaatan Yesus akan memberikan keselamatan bagi segala bangsa. “Dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi (disalibkan), Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku" (ay. 32).

Bagaimana dengan kita, ketika diperhadapkan pada pilihan yang sulit: taat pada kehendak Allah (yang kadang susah dan menuntut pengorbanan) atau memilih melakukan keinginan kita sendiri (yang biasanya mudah dan menyenangkan), mana yang akan kita pilih? Kiranya kita dapat meneladan Tuhan Yesus yang senantiasa taat pada kehendak Bapa.

Astrid Angelina

BACAAN ALKITAB PEKAN INI

Minggu, 17 Mar 2024 Yeremia 31:31-34; Mazmur 51:1-12; Ibrani 5:5-10;

Yohanes 12:20-33

Senin, 18 Mar 2024 Yesaya 43:8-13; 2 Korintus 3:4-11

Selasa, 19 Mar 2024 Yesaya 44:1-8; Kisah Para Rasul 2:14-24

Rabu, 20 Mar 2024 Hagai 2:1-9, 20-23; Yohanes 12:34-50

Kamis, 21 Mar 2024 Ulangan 16:1-8; Filipi 2:1-11

Jumat, 22 Mar 2024 Yeremia 33:1-9; Filipi 2:12-18

Sabtu, 23 Mar 2024 Yeremia 33:10-16; Markus 10:32-34, 46-52

Sumber: Revised Common Lectionary (Warta Jemaat GKI Ngagel)