
Oleh: Nur Iswan, Senior Advisor IndoPolicy & Business Review (INDOPOL)
Pidato Prabowo saat HUT Gerindra, masih menarik untuk diulas. Karena apa yang disampaikannya, menjadi "pintu" untuk melihat cara dan gayanya memimpin.
Salah satu yang membuat publik "terbelah" adalah saat ia -- tiba-tiba -- menyeru dengan lantang: Hidup Jokowi!! Hidup Jokowi!!! Terima Kasih Pak Jokowi!!!
Tak diketahui pasti, apakah hal
Itu spontan atau memang sudah disiapkan dalam text pidatonya. Tapi, besar kemungkinan ada sedikit improvisasi dari Prabowo sendiri.
Tentu saja, momen tersebut sungguh menghentak publik. Karena disampaikan pada saat publik mengamati terus relasi Prabowo-Jokowi.
Bagi pendukung Jokowi, momen ini pasti membahagiakan. Bagi pendukung Prabowo, ada yang bahagia. Mungkin ada juga yang heran dan cemas. Tapi keheranan dan kecemasan itu pasti disimpan dalam hati.
Bagaimana dengan publik? Sudah pasti terbelah. Ada yang senang dan bertepuk tangan. Jokowi tersenyum. Pendukung kerasnya juga pasti bahagia. Junjungannya diperlakukan dengan terhormat. Dipuji setinggi langit.
Tapi tentu ada juga yang kurang senang. Terutama publik yang kecewa dan kritis atas pencapaian kinerja Jokowi. Apalagi diujung akhir kekuasaannya meninggalkan beberapa "luka kebijakan"-nya.
Ada juga publik yang bersikap biasa saja. Berusaha kritis-netral. Memahami apa yang dilakukan Prabowo. Tapi kurang membenarkan jika pujian dilakukan berlebihan.
Memahami seruan "Hidup Jokowi!" harus dilacak kepadq Relasi Prabowo-Jokowi kebelakang. Setelah dua kali dikalahkan Jokowi, Prabowo diajak masuk Kabinet 2019-2024. Namun, titik krusial relasi keduanya adalah menjelang Pilpres.
Prabowo berhasil "mengunci" dukungan Jokowi, dengan menempatkan Gibran sebagai wakilnya. Dengan cara ini, Jokowi "terpaksa" harus rela mendukung Prabowo sepenuh hati.
Jika cawapres nama yang lain, Jokowi dengan mudah mengayun kanan-kiri. Seolah netral dan tidak berpihak. Bisa dukung Ganjar, bisa Prabowo. Atau dukung keduanya. Yang penting jangan Anies. Mungkin juga, Jokowi jadi pendukung ketiganya. Meskipun diam-diam mendukung salah satu.
Nah, Prabowo cerdik. Bersama KIM, Gibran-lah Cawapresnya. Jokowi juga bahagia. Bapak mana yang tidak bahagia, jika anaknya melesat ke pangggung utama. Meski dengan itu, ia juga harus melukai perasaan politik PDIP.
Akhir kisah Pilpres sudah kita ketahui bersama. Prabowo-Gibran terpilih. Menang satu putaran, menang 58.58%. Tapi, jangan lupa ada 41.42% yang tidak memilihnya juga.
Nah, sebelum dan sesudah Prabowo dilantik. Adalah biasa dan wajar jika publik memotret terus hubungan dan peran Jokowi dalam Pemerintahan Prabowo.
Dalam alam demokrasi, wajar dan tak bisa disalahkan jika ada istilah "cawe-cawe" atau intervensi misalnya. Ada lagi persepsi yang lebih ekstrim: "Apakah Prabowo masih dalam kendali Jokowi"?
Seruan "Hidup Jokowi!", bermakna berjuta-juta tafsir. Tergantung kepada siapa penafsiran tersebut ditanyakan. Apakah itu sekedar apresiasi dan ucapan terima kasih?
Apakah itu juga bermakna upaya "pendinginan" hubungan yang mulai agak tegang dan perlu rileksasi? Apakah itu bagian dari penguatan kembali dari hubungan yang mulai agak renggang? Atau apakah itu memang merupakan penegasan kembali kerjasama politik yang memang solid?
Yang pasti, Presiden-nya sekarang adalah Prabowo Subianto. Bukan Jokowi. Semua kebijakan dan tanda-tangan, ya Prabowo. Bukan yang lain.
Meski dalam memutuskan sesuatu terkait kebijakan atau penempatan orang, toh terkadang ia harus kompromi. Termasuk dengan Jokowi. Juga dengan yang pihak lain.
Tetapi, harus dipahami bahwa kemampuan dan ketepatan navigasi politik adalah salah satu kunci keberhasilan Pemerintahannya.
Seruan "Hidup Jokowi!" tersebut, nampaknya menjadi instrumen ala Prabowo dalam mengendalikan dan me-navigasi politik dan agenda Pemerintahannya. Terutama relasinya dengan Jokowi dan jaringannya.
Bagi Prabowo, terserah publik suka atau kurang suka. Boleh setuju, boleh tidak. Yang penting, ia fokus mencermati dan mengarahkan navigasi politik-nya. Jadi, Hidup Jokowi? Silahkan, anda ikut tafsir yang mana.