Mengapa kalian datang ke DPR?. Jawab mahasiswa, 'karena kami marah dengan kesewenangan, pembegalan, kesombongan dan tirani yang membangun dinasti keluarganya sendiri. Partai-partai di DPR bahkan menjijikkan karena menjadi underbow yang berkhianat secara brutal itu'. Begitu kalimat-kalimat yang bertebaran di arena depan Senayan kemarin. Panas, lebih panas dari matahari yang menyengat. Mahasiswa-mahasiswi, bahu membahu.
Di suatu waktu, kita-kita aktivis tua yang sering demo di jalanan ini, seringkali merindukan turunnya mahasiswa, karena mereka adalah kekuatan perjuangan. Tapi hingga sebelum kemarin, tidak juga kunjung datang. Namun kemarin, Kamis 22 Agustus, mereka membuktikannya, mereka datang bak gelombang, yang menyapu semua niat busuk para pembegal konstitusi di gedung DPR itu. Dan 'tok', si pembegal itu membatalkan niat busuknya. Terimakasih Mahasiswa.
Oleh karena itu apresiasi untuk kalian mahasiswa, yang telah melipat gandakan energi perjuangan rakyat bagi tegakknya keadilan dan kebenaran di negeri ini. Sudah 10 tahun tirani itu mencengkeram kemerdekaan dan kedaulatan rakyat, hingga negara terlilit utang, menjadikan ekonomi sulit, membuat harga-harga mahal, pengangguran berjubel, dan bergudang permasalahan.
Maintain the Energy
dan Bangun Poros Penyelamatan Nasional
Jangan kendor, itu artinya. Siapapun kita berkewajiban mempertahankan energi perjuangan ini untuk tetap berkobar-kobar. Lebih jauh, segeralah melompat ke depan. Para Tokoh, Guru Besar garis lurus dan para aktivis yang idealis, turun bersama-sama. Datangi dengan segera simpul-simpul pembegal itu. Tekan mereka ke arah baru yang waras, karena arah keberlanjutan yang diusung pemerintahan baru nanti, sepertinya hanya akan 11, 12 saja dengan yang sekarang ini. Percuma.
Gagalnya pembegalan konstitusi oleh partai-partai itu, meskipun itu batal, tapi itu artinya bahwa partai-partai itu tidak lagi layak dipercaya. Mereka telah tersandera dan mengkhianati rakyat, dan selalu berpeluang untuk mereka menyelip di tikungan, ketika rakyat lengah.
Maka Rektor, Dosen, Ormas Muhammadiyah, dan berbagai Ormas lain yang sadar betapa buruknya sudah pengelolaan pemerintahan ini, segeralah berunding di tingkat nasional. Bangun poros untuk penyelamatan rakyat.
Tempahlah Besi Selagi Panas
Itu pepatah yang benar. Tempahlah saat ini, ya saat inilah waktunya. Buatlah suatu rembuk Nasional para penggerak perjuangan yang waras, dan libatkan semua elemen pergerakan, terutama mahasiswa, bukan untuk berebut panggung, tapi untuk menyelamatkan rakyat. Sebab kemarahan rakyat saat ini bisa merembet ke kemarahan yang lebih besar.
Dan mengharap infrastruktur politik saat ini untuk memberi solusi, benar-benar sia-sia karena merekalah justru yang menyebabkan kehancuran tata kelola negara yang ideal ini. Merekalah yang mengkhianati idealisme publik, sehingga tidak mungkin mengharapkan mereka untuk menyelesaikan masalah. Merekalah masalahnya.
Jangan sampai keadaan ini memakan korban terlalu banyak, seperti di Bangladesh. Fa'tabiru ya ulil albab.
Legisan Samtafsir, Ketum Gernas Indonesia Gemilang