
Suasana proyek Smelter Freeport di Smelter PTFI, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik, Jawa Timur, Senin, 23 September 2024. Hasil produksi dari pabrik ini diperkirakan akan berkontribusi menambah pendapatan negara hingga Rp80 triliun per tahun. Dok.Corpor
GRESIK - PT Freeport Indonesia meminta untuk relaksasi ekspor konsentrat tembaga, menyusul terjadinya kebakaran di smelter Gresik, Jawa Timur, pada Oktober 2024 yang lalu.
Menanggapi hal itu, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Eko Hendro Purnomo menilai pihaknya dapat memahami kejadian tersebut.
Meskipun demikian, ia menekankan agar PT Freeport Indonesia untuk tetap mendukung program pemerintah dalam hal hilirisasi.
Sehingga, ia meminta agar pemberian izin ekspor harus terlebih dahulu memperhatikan kebutuhan dalam negeri. Ia sendiri tidak menolak ihwal PT Freeport untuk diberikan relaksasi ekspor oleh Pemerintah.
"Kan kita mau hilirisasi, kalau hilirisasi kan kebutuhan di dalamnya harus jelas dulu. Gak apa kalau mau ekspor asal kebutuhan di dalam negerinya tercukupi. Kalau itu misalnya tercukupi kita oke saja untuk ekspor," kata Eko Hendro usai Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VI DPR RI ke Smelter PT Freeport Indonesia di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Kamis (20/02/2025).
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa pihaknya akan melakukan diskusi internal dahului di Komisi VI mengenai permintaan relaksasi eskpor ini. Komisi VI juga, kata dia, siap memediasi Pemerintah dengan PT Freeport Indonesia untuk membahasnya bersama.
"Kita akan sikapi dan temukan dengan Pemerintah bagaimana (solusinya). Ini kan atasannya (adalah kementerian) BUMN, kita undang juga Pak Erick Thohir. Apa benar kalau ekspor itu akan menguntungkan," ujarnya.
Untuk diketahui, kebakaran smelter Gresik milik PT Freeport Indonesia membuat negara kekurangan pemasukkan hingga Rp65 triliun. Selain itu, insiden kebakaran tahun lalu juga membutuhkan biaya perbaikan hingga 100 juta US Dollar.