Kunjungi Lokananta, Puan Harap Simbol Industri Rekaman RI Ini Jadi Tempat Kumpul Anak Muda

JAKARTA - Ketua DPR RI Puan Maharani mengunjungi Museum Lokananta di Solo, Jawa Tengah, yang merupakan warisan indrustri rekaman Indonesia.

Ia berharap, Lokananta yang kini bangkit dari mati surinya bisa menjadi tempat berkumpul anak-anak muda agar prestasi musik Tanah Air bisa semakin gemilang.

Puan datang ke Museum Lokananta yang berada di Jl. Ahmad Yani, Kerten, Laweyan, Solo, usai menyambut kontingen ASEAN Para Games 2023 Indonesia yang baru saja kembali dari Kamboja, Sabtu (10/6/2023).

Ia datang ke Lokananta yang baru direvitalisasi itu didampingi oleh Wakil Wali Kota Solo, Teguh Prakosa.

“Saya sangat gembira hari ini, berada di sini, di Museum Lokananta, yang merupakan warisan budaya kita yang sangat berharga. Lokananta adalah simbol sejarah dan peradaban musik kita, yang telah memberikan kontribusi besar bagi perjalanan seni dan budaya di Indonesia,” kata Puan.

Museum Lokananta adalah perusahaan musik pertama dan satu-satunya milik negara yang memiliki banyak koleksi musik legendaris berformat piringan hitam maupun kaset pita.

Tak hanya itu, Lokananta juga memiliki studio rekaman yang masih bisa digunakan hingga saat ini.

Studio rekaman di Lokananta masih tetap mempertahankan produksi analog untuk musik-musiknya, yaitu dengan memproduksi musik dalam format kaset pita.

Puan berharap, Lokananta bisa berjaya lagi setelah diaktifkan kembali usai direvitalisasi oleh Pemerintah.

“Museum ini, sebagai rumah bagi rekaman musik tertua di Indonesia, adalah monumen untuk keberagaman dan kreativitas yang mencengangkan dari bangsa kita," ucap Puan.

Dalam kunjungannya, Puan diajak tur museum dipandu oleh Seniman Anggit Wicaksono yang juga pengasuh Lokananta.

Ia meninjau sebuah ruangan yang menampilkan linimasa sejarah Lokananta di mana dalam ruangan itu juga terdapat display set gamelan Lokananta Kyai Sri Kuncoro Mulyo.

Gamelan ini konon telah ada sejak jaman Pangeran Diponegoro dan diboyong ke Solo pada 1937.

Puan juga melihat diskografi yang merupakan koleksi piringan hitam kuno musik-musik lokal bersejarah.

Adapula diorama sejarah karya Gesang, gramofon pertama era rilis Bengawan Solo.

Melihat ini, Puan tampak sangat senang apalagi ada yang menyanyikan lagu Bengawan Solo sehingga suasana semakin syahdu.

“Saya berharap Lokananta yang sudah semakin indah ini bisa menjadi tempat berkumpul anak-anak muda dan jadi simbol kebangkitan industri rekaman Indonesia. Pemerintah harus melengkapi fasilitas agar Lokananta semakin menarik bagi anak-anak muda,” tutur Puan.

Setelahnya, Puan mengunjungi ruang pamer instalasi seni yang merupalan galeri temporer Lokananta Remastered.

Ia pun mampir di instalasi buatan Bottlesmoker dengan set JBL era Bung Karno lalu memencet tombol yang memainkan musik indah.

Mengunjungi Lokananta terasa tidak lengkap jika tak melihat studio rekaman legendaris milik museum tersebut.

Oleh karenanya, Puan mengunjungi studio rekaman terbesar se-Indonesia itu untuk melihat dan menyaksikan kemegahannya.

Puan bahkan sempat foto di depan dapur rekaman yang terlihat dari balik kaca. Selain itu, ia juga mengunjungi kios UMKM lokal Matalokal di kompleks Lokananta, lalu ber-photobox bersama pengunjung.

“Dengan mengunjungi tempat ini, saya berharap dapat mempertegas kembali komitmen kami dalam melindungi dan mempromosikan warisan budaya kita," ujar Puan.

Cucu Bung Karno itu menekankan pentingnya melestarikan warisan budaya Indonesia.

Termasuk, kata Puan, studio rekaman di Lokananta yang sangat penting dalam sejarah musik Indonesia karena telah merekam banyak karya-karya seni bermusik, mulai dari tradisional hingga kontemporer dari berbagai daerah.

"Seni dan budaya adalah bagian integral dari identitas nasional kita. Mereka mengingatkan kita dari mana kita berasal dan memberikan pandangan tentang di mana kita mungkin pergi," sebut Puan.

Sebagaimana diketahui, Museum Lokananta didirikan pada tahun 1956 dan mendapatkan namanya dari studio rekaman Lokananta yang terletak di gedung yang sama.

Lokananta kini sudah berusia sekitar enam dekade, sebuah rentang waktu panjang untuk sebuah label musik yang kini berada di bawah asuhan Perum Percetakan Negara Republik Indonesia.

Setelah sempat mati suri, Lokananta saat ini sudah diperindah dan tak lagi hanya menjadi sebuah museum.

Lokananta akan dijadikan ekosistem musik bagi para seniman dengan melibatkan komunitas, mengembalikan brand Lokananta sebagai pusat musik, termasuk rekaman dan produksi piringan hitam.