Anies Baswedan Jangan Remehkan Perolehan Suara Pilpres di Jakarta

JAKARTA-Pengamat sosial politik, Fachry Ali, mengatakan Anies Baswedan harus memikirkan matang-matang atas banyaknya keinginan untuk memajukan dia dalam Pilkada Gubernur Jakarta pada akhir tahun 2024. Sebab, apa yang didapatnya di dalam keikutsertaannya di Pilpres 2024 lalu jangan sampai diabaikan dengan begitu saja.

‘’Anies memang harus memikirkan soal maju kembali ke Pilkada Jakarta 2024 dengan serius. Ini karena soal ‘posisi’ dalam persaingan politik itu penting. Yang lainnya, dia pun harus sadar bahwa perolehan suara dalam Pilpres ketika maju bersama Muhaimin Iskandar sebenarnya mengejutkan. Ini pertanda Anies sudah punya basis dalam politik. Jadi ‘eman-eman’ (sayang), bila tidak digunakan. Jadi posisi dan perolehan suara Anies di Jakarta jangan diremehkannya,’’ kata Fachry Ali dalam perbincangan di Jakarta, Rabu malam (15/05/2024).

Menurut Fachry, posisi sebagai gubernur Jakarta itu penting bagi masa depan Anies maupun tokoh politik lainnya. Bila sampai terpilih menjadi gubernur Jakarta dia sudah punya modal tersendiri dalam politik.

‘’Harap diketahui, Jakarta sebagai kota ‘trader’  (perdagangan) berbeda dengan kota-kota lain di Indonesia. Di sini budaya masyarakatnya tak lagi bercampur dengan budaya pertanian (agraris). Efeknya, bagi warga Jakarta mereka bila akan memilih pemimpin itu maka akan didasarkan pada pemikiran rasional. Itulah yang membedakan Jakarta dengan kota lain di Indonesia pada saat ini,’’ ujar Fachry.

Untuk itu, dari kajian Fahcry, kota Jakarta punya sosok yang jauh lebih spesifik dari kota lain yang masih bercampur dengan budaya agraris atau pertanian itu. Kota ini selain akan punya pengaruh kuat pada kekuatan ekonomi, juga mempunya andil dalam memberi dampak pada perubahan sosial dan politik di Indonesia.

"Situasi itu terjadi karena sikap warga Jakarta memang beda dengan warga kota lainnya. Warga Jakarta akan lebih mandiri, rasional, bahkan bebas dalam menentukan pilihan politiknya. Mitos sosial seperti dalam budaya masyarakat pertanian sudah tidak terjejak lagi di kota ini,’’ kata Fachry.

Ditanya mengenai bisakah posisi Jakarta digantikan oleh kota baru yang kini tengah dibikin oleh Presiden Jokowi di Kalimantan Timur, Fachry mengatakan tetap tak bisa menggantikan kebedaaan strategis Jakarta. ‘

"Kota ini tetap akan menjadi barometer Indonesia. Ibu Kota Nusantara (IKN) yang  berada di Kalimantan Timur itu nantinya ke depan secara teoritis hanya akan berkembang menjadi kota pegawai dan pejabat saja, sedangkan Jakarta itu berbeda. Ini misalnya, wilayah IKN tidak akan bisa sedinamis Jakarta. Selain itu dalam pemilihan politik warga IKN tidak akan sebebas warga Jakarta.”