Debat Cagub Sultra, ASR Lempar Mic ke Hugua Saat Ditanya Soal Pengembangan dan Kelestarian Budaya
Calon Gubernur Sulawesi Tenggara �Andi Sumangerukka (ASR) tampaknya kurang pemahaman atau konsep konkret mengenai pengembangan budaya di Bumi Anoa.

BAUBAU – Calon Gubernur Sulawesi Tenggara  Andi Sumangerukka (ASR) tampaknya kurang pemahaman atau konsep konkret mengenai pengembangan budaya di Bumi Anoa. Hal itu terlihat saat debat publik pemilihan gubernur.  Ia  gagal menyampaikan visi yang jelas terkait rencana pelestarian dan pengembangan budaya Sultra ke depan.

Ketika menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Cagub Tina Nur Alam terkait program konkret untuk mendukung budaya lokal, ASR menyerahkan jawaban kepada calon wakilnya, Hugua. "Saat ini kita masih belum menghargai budaya, padahal budaya itu bisa mendatangkan ekonomi. Selanjutnya akan dijawab Bapak Hugua," ujar ASR, yang kemudian langsung menyerahkan kesempatan menjawab kepada wakilnya.

Hugua, yang diminta menjawab pertanyaan tersebut, juga tidak menawarkan program konkret untuk pengembangan budaya. Ia hanya menjelaskan bahwa budaya merupakan identitas masyarakat yang berasal dari kearifan lokal dan pemerintah harus memperkuat nilai-nilai ini. "Pemerintah kita harus bicara tentang bagaimana tata nilai itu harus berangkat dari kearifan lokal," katanya, tanpa menyebut rencana program nyata yang akan diusung.

Pendekatan semacam itu jelas menunjukkan kurangnya gagasan konkret dari pasangan Andi Sumangerukka-Hugua dalam pengembangan budaya di Sultra. Padahal, budaya lokal Sultra seperti seni kriya tenun, tarian tradisional, dan festival-festival budaya memiliki potensi besar untuk mendorong pariwisata dan ekonomi kreatif di daerah tersebut.

Sebagai perbandingan, Sulawesi Tenggara memiliki warisan budaya seperti tenun Buton, festival Pulau Bokori, dan berbagai tradisi lokal yang telah lama menjadi bagian dari identitas masyarakat. Para pemimpin sebelumnya, seperti Nur Alam, telah berupaya mempromosikan potensi ini, termasuk melalui kegiatan wisata budaya dan pengembangan sentra kerajinan tenun.

Dengan tidak adanya konsep yang jelas dari ASR-Hugua mengenai arah pengembangan budaya, pertanyaan pun muncul tentang sejauh mana komitmen mereka untuk menjadikan budaya sebagai bagian dari strategi pembangunan di Sultra.