Beberapa bulan lalu penulis pernah menulis, seperti bis kota, sesama putera Jawa Barat dilarang saling mendahului. Anies Baswedan di Jakarta. Ridwan Kamil alias Rika tetap di Jawa Barat. Meneruskan periode keduanya sebagai Gubernur Jawa Barat. "Sambil merem aja Rika menang di Jawa Barat," kata Adi Prayitno.
Rika tergoda. Didorong-dorong oleh Prabowo dan Jokowi agar meninggalkan Jawa Barat. "Otewe Jakarta," Rika pernah bilang. Tarik menarik antara Jakarta atau tetap di Jawa Barat.
Prabowo dan Jokowi punya kepentingan yang berbeda. Kepentingan Prabowo, Rika ke Jakarta memuluskan kader Gerindra, Dedi Mulyadi menang Pilgub Jawa Barat. Hasil quick count telah membuktikan itu. Dedi Mulyadi menang mutlak.
Sedangkan kepentingan Jokowi agar Rika mau ke Jakarta untuk menjegal Anies Baswedan di Pilkada Jakarta. Connect dengan keinginan Rika mau maju di Jakarta asal,
Pertama, Anies Baswedan tidak maju di Pilkada Jakarta. Tarik PKS dalam koalisi pendukung Rika. Gandeng kader PKS menjadi wakilnya Rika. Sukses. PKS tergoda. Selain bakal jadi calon wakil gubernur, diiming-iming menteri dan materi.
Jokowi berhasil menjegal Anies Baswedan. Melalui operasi jahat dengan memborong partai-partai di Jakarta minus PDIP dalam KIM Plus mendukung Rika-Suswono.
Kedua, Melawan kotak kosong. Semula Rika percaya diri abis bakal menang mudah di Pilkada Jakarta. Aroma busuk Pilkada Jakarta Rika lawan kotak kosong menuai protes keras warga Jakarta.
Ketiga, Entah bagaimana tiba-tiba calon independen, Dharma Pongrekun-Kun Wardhana lolos. Menyisakan kontroversi pencatutan KTP warga Jakarta termasuk pencatutan KTP Abdillah Baswedan, adiknya Anies Baswedan.
Rika lega. Pasti menang lawan calon independen Dharma Pongrekun-Kun Wardhana. Diluar dugaan Rika. Tiba-tiba terjadi petir politik di siang bolong. Mahkamah Konstitusi mengeluarkan putusan menurunkan ambang batas pencalonan kepala daerah. Khususnya Jakarta dari 20 persen menjadi 7,5 persen.
PDIP semula tidak bisa mengusung calon gubernur dan wakil gubernur. Berkat putusan Mahkamah Konstitusi tersebut akhirnya bisa mencalonkan. Semula nama Anies Baswedan menguat di PDIP sebagai calon gubernur. Jokowi intervensi melalui aparat penegak hukum. PDIP menyerah. Duet Pramono-Bang Doel jadi.
Rika panik. Pilkada Jakarta diikuti tiga peserta, Rika-Suswono akan berhadapan dengan Dharma Pongrekun-Kun Wardhana dan Pramono-Bang Doel. Awalnya Rika berharap hanya lawan calon independen. Saking ingin Rika menang.
Awalnya elektabilitas Rika-Suswono top score. Pramono-Bang Doel belum diperhitungkan. Rika-Suswono kompak bikin blunder soal janda. Elektabilitas kedua pasangan ini stagnan dan cenderung turun.
Beruntung bagi Pramono-Bang Doel. Anak Abah sebutan pendukung Anies Baswedan mendukung Pramono-Bang Doel. Elektabilitas Pramono-Bang Doel perlahan namun pasti mulai naik. Hingga akhirnya unggul dari Rika-Suswono.
Rika tambah panik lagi. Pasangan Pramono-Bang Doel mendapat "berkah" politik. Efek kejut dari Anies Baswedan. Elektabilitas Pramono-Bang Doel leading hingga akhirnya menang satu putaran versi hitung cepat beberapa lembaga survei.
Bukan hanya versi quick count lembaga survei Pramono-Bang Doel menang satu putaran. Menurut real count KPUD Jakarta Pramono-Bang Doel memperoleh 50,07 persen.
Menurut ketentuan perolehan suara di Pilkada Jakarta lebih dari 50 persen atau 50 persen + 1 peserta Pilkada Jakarta dinyatakan sebagai pemenang. Pramono-Bang Doel menang satu putaran. Alhamdulillah.
Kemenangan Pramono-Bang Doel, kemenangan Warga Jakarta. Anies effect mengalahkan Jokowi effect. Sekaligus kekalahan Jokowi sebagai simbol pemilu curang. Rika menyesali nasib. Gelap. Berharap belas kasihan Prabowo jadi menteri PUPR.
Pramono-Bang Doel menang satu putaran, Anies terus menyala. Menerangi warga Jakarta. Maju kotanya, bahagia warganya. Insyaallah.
Bandung, 27 Jumadil Awwal 1446/29 November 2024
Tarmidzi Yusuf, Kolumnis