Mantan Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), Nur Alam, mengungkapkan pentingnya menjaga kepemimpinan di Sultra agar tetap dipegang oleh putra daerah.
KENDARI – Mantan Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), Nur Alam, mengungkapkan pentingnya menjaga kepemimpinan di Sultra agar tetap dipegang oleh putra daerah. Meski kini telah memasuki usia senja, Nur Alam masih aktif berjuang di lapangan demi memastikan bahwa Sultra dipimpin oleh orang yang benar-benar memahami wilayahnya, terutama dalam Pilgub mendatang. Baginya, kepemimpinan daerah harus dipegang oleh sosok yang memiliki ikatan emosional dan tanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat setempat.
“Sultra ini berdiri melalui perjuangan panjang. Ini bukan sesuatu yang diberikan begitu saja, bukan hadiah. Kepemimpinan putra daerah adalah wujud dari perjuangan itu, dan ini harus dijaga. Jangan sampai lepas,” kata Nur Alam. Ia menambahkan bahwa kepemimpinan oleh putra daerah tidak hanya soal identitas, tetapi juga soal pemahaman mendalam akan kebutuhan dan aspirasi masyarakat lokal yang sulit dicapai oleh orang luar.
Nur Alam menilai bahwa Pilgub kali ini berbeda dari kontestasi sebelumnya, karena ada upaya yang dirasakannya sebagai "pemotongan paksa" generasi kepemimpinan lokal. Baginya, menjaga tongkat estafet kepemimpinan putra daerah adalah cara untuk memastikan kesinambungan pembangunan yang pro-rakyat dan memahami dinamika khas Sultra. Menurut pemikiran tokoh-tokoh besar seperti Bung Karno, pemimpin daerah yang berasal dari masyarakat setempat lebih mampu menjalankan pembangunan berlandaskan kearifan lokal yang berkesinambungan, daripada pemimpin luar yang cenderung tidak memiliki akar yang kuat di daerah tersebut.
“Kita harus waspada agar Sultra tetap dipimpin oleh mereka yang benar-benar mencintai daerah ini. Jangan sampai tamu dijadikan pemimpin, karena dia bisa saja hanya datang untuk mengambil kekayaan kita dan pergi setelah itu,” ujar Nur Alam. Dia percaya bahwa pemimpin yang lahir dari daerah akan lebih bertanggung jawab dalam menjaga aset dan budaya setempat daripada mereka yang hanya memiliki kepentingan sementara.
Namun, Nur Alam mengungkapkan keprihatinannya terhadap sebagian masyarakat di akar rumput yang mudah tergiur oleh pemberian materi seperti beras atau uang amplop. Menurutnya, pilihan politik yang diambil hanya berdasarkan iming-iming materi berisiko besar membawa dampak jangka panjang bagi masyarakat itu sendiri. “Jangan gadaikan suara kita hanya demi beras atau amplop. Suara kita sangat berharga. Jika suara kita diberikan pada pemimpin yang hanya datang untuk kepentingannya sendiri, maka kita yang akan merugi di kemudian hari,” ujar Nur Alam.
Melalui pesan tersebut, Nur Alam berharap masyarakat Sultra dapat lebih selektif dalam menentukan pilihan pemimpin mereka. Baginya, pemimpin yang berasal dari daerah akan lebih memahami kebutuhan masyarakat setempat dan memiliki kepedulian yang tulus dalam menjaga dan memajukan Sultra.